Perhatikan dengan hati paling bening. Betapa kita jarang menyatakan
kerinduan cinta kepada Sang Khaliq dengan rintihan dan air mata.
Hari-hari dipenuhi dengan kesenangan dan hura-hura. Hidup seakan tak
menemukan wajah sejatinya karena didera tawa yang menutup bashirah (mata
batinnya) untuk menatap wajah Ilahi. Padahal, sungguh pada setiap desah
napas adalah untaian langkah perjalanan menuju hari akhir.
Teringatlah
kita akan sikap mahabbah penuh cinta para perindu Ilahi. Siang hari, ia
mengepakkan sayap kehidupannya dengan penuh marhamah (kasih sayang),
bagaikan singa jantan ia menunddukan dunianya. Tetapi, bila kelambu
malam menyelimuti dirinya, ia pun meneteskan air mata, merintih penuh
harap dan takut, bagaikan anak kucing yang merindu dalam dekapan
induknya.
Alangkah indahnya tetesan air mata yang merembes dari
kelopak mata karena takut, cemas, dan penuh harap ke hadirat Ilahi.
Sejatinya, memang tangisan itu adalah bahasa batin. Ungkapan kalimat
yang tidak mungkin diungkapkan dan diartikulasikan sepenuhnya dengan
bahasa lisan. Allah berfirman, "Dan sujudlah mereka sambil menangis, dan
bertambah khusyuk." (QS al-Isra’ [17]: 109).
Tangisan yang
muncul karena takut kepada Allah, akan menambah rasa khusyuk dan
keyakinan bahwa dia akan terbebaskan dari beban yang berat di dunia dan
di akhirat. Rasulullah SAW telah bersabda, “Tidak akan masuk ke dalam
neraka seorang yang pernah menangis karena takut kepada Allah.” (HR
Tirmidzi dalam Riyaduh Shalihin, I/393).
Rasulullah SAW tidak
hanya berkata-kata tentang betapa pentingnya menangis, tetapi beliau pun
memberikan contoh kemuliaan akhlaknya dengan menunjukkan sikapnya bahwa
menangis itu memang dibutuhkan. Ketika shalat dan berdoa, Rasul khusyuk
dan tenggelam dalam kerinduan kepada Allah disertai dengan isak tangis
yang merintih.
Imam Abu Dawud meriwayatkan, “Saya datang kepada
Nabi SAW, sedangkan beliau melaksanakan shalat, maka terdengar napas
tangisannya bagaikan suara air mendidih dalam bejana.” (HR Abu Daud dari
Abdullah bin as-Sykhir RA dalam Riyadus Shalihin, I/394).
Hal serupa juga ditunjukkan Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah.
Ali berkata, “Tetesan air mata dan ketakutan hati adalah bagian dari
rahmat Allah saat berzikir kepada-Nya. Jika kamu mendapatkan kondisi
ini, sampaikan doamu. Dan sekiranya ada seorang hamba dalam umat ini
menangis, niscaya Allah SWT menyayangi umat itu karena zikirnya yang
disertai tangisan.” (Biharul Anwar, 93: 336).
Menangislah dengan
deraian air mata. Ia sangat diperlukan untuk menundukkan hati dan jiwa
yang kaku karena tak pernah merasa takut kepada Allah. Menangislah,
karena tangisanmu akan membawamu pada perasaan yang halus dan peka pada
kehidupan.
Karena itu, saudaraku, iringilah doa-doamu dengan air mata. Adukan
suka-dukamu kepada Allah dengan wajah basah dan hati gerimis. Karena
sesungguhnya, di setiap tetes air matamu akan ada ijabah Ilahiyah yang
tersenyum.