Ketika mendengar kata sahur, seringkali terbayang
sebuah aktivitas makan-minum sebelum Subuh, karena
esok harinya akan menjalani ibadah puasa. Akan tetapi,
alankah indahnya bila kita pun merenungkan waktu sahur
dari sisi yang lain.
Sahur adalah penggalan waktu sepertiga malam terakhir.
Rasulullah SAW menghiasi waktu sahur dengan sujud dan
istigfar serta menyempurnakan tahajudnya (qiyamullail ).
Begitu indahnya waktu sahur, sehingga Al Quran
menyebut di antara tanda-tanda orang bertakwa yakni
mereka yang memohon ampunan Allah di waktu sahur.
(QS. 3 ayat 17 dan QS 51 ayat 15-18).
Pada waktu sahur, ketika banyak kegiatan manusia masih
mendunia, para pencari cinta justru menghiasi waktu
sahurn ya dengan merintihkan doa dan istighfar, karena
mereka meyakini yang disampaikan Rasulullah SAW.
'' Allah SWT akan turun setiap malamnya ke langit dunia
ketika tersisa seperti malam. Lalu Allah SWT berfirman,
''Siapa yang memanjatkan doa kepada-Ku, maka Aku akan
mengabulkannya. Siapa yang memohon, maka Aku akan
memberinya. Siapa yang meminta ampunan, Aku akan
memberikan ampunan untuknya. (HR. Bukhari 1.145,
Muslim 758).
Hadis ini memberikan perumpamaan, betapa Allah
menyingkap hijab malam pada waktu sahur untuk
mendengarkan doa dan mengampuni dosa-dosa hamba
yang merintih memohon pengampunan dan
mengharapkan kasih sayangNya. Maka tenggelamkanlah
dirimu dalam keasyikan berjumpa wajah Ilahi. (QS. 13:31).
Suatu saat Aisyah RA bertutur bahwa Rasulullah SAW
bersabda, '' Aisyah, izinkan aku tahajjud .'' Aisyah
menjawab, '' Ya Rasulullah, aku senang engkau
bersamaku, tetapi aku lebih senang bila engkau
beribadah .''
Lalu, Rasulullah SAW mengambil gharibah (tempat air
terbuat dari kulit), beliau berwudlu dan shalat tahajjud.
Pada saat beliau tahajjud, Siti Aisyah mendengarkan isak
tangis yang menyesak dada bagaikan suara air yang
menggelegak, tanah tempat beliau sujud basah karena
tetesan air mata.
'' Menjelang Subuh, Bilal menemui Rasulullah SAW yang
tampak wajahnya masih basah karena air mata. Bilal
berkata, ''Ya Rasulullah, mengapa engkau menangis?
Bukankah Allah SWT sudah mengampuni dosa-dosamu?
Rasul menjawab, 'Apakah engkau tidak suka jika aku
menjadi hamba yang bersyukur?''
Subhanallah . Betapa Rasulullah SAW Al Musthafa,
Sayyidul Mursalin menghiasi waktu sahur dengan
memperbanyak sujud, membasahi keheningan malam
dengan isak tangis sebagai tanda syukur kepada Allah
SWT.
Lantas, bagaimana dengan kita? Makhluk yang
bergelimang dengan dosa. Sosok manusia yang masih
memiliki hati yang hitam pekat karena munkarat.
Adakah kita membiarkan kesempatan emas pengampunan
Ilahi pada waktu sahur? Ikutilah rombongan pencari cinta
yang terkumpul di stasiun takwa untuk menggapai ridha
Ilahi (QS.2;207).
Lihatlah, betapa indahnya saat sahur, ketika langit-langit
membukakan pintu-pintu maghfirah, menyambut hamba-
hamba yang telah gelisah, dinista sejuta dosa yang
terpenjara dalam belenggu hawa nafsu. Maka, jangan
biarkan waktu sahur berlalu tanpa makna. Wallahu a'lam.
(Ustaz Toto Tasmara)